Skip to main content

Featured

PERASAAN PERGI DARI RUMAH TANPA PAMIT

Hari ini hari Rabu. Aku ingat harus memberi uang kepada orang tua untuk membantu mereka mengangsur mobil. Motorku lunas dari pegadaian, setelah selama setahun di gadai oleh teman ibu yang tidak bertanggung jawab. Hal itu mengharuskan ibuku mengangsur motor tanpa memakai uang yang cair pada saat itu. Hari ini, digadaikan lagi oleh ibu untuk membayar cicilan mobil yang sudah berjalan selama 9x ini. Cukup berat untukku dan keadaan keluargaku saat ini, yaitu 11jt/bulan selama 4 tahun. Ayahku masih sibuk dengan murai, jalak, love bird dan kenari nya yang setiap hari berharap diberi air yang baru dan tambahan makanan yang enak. Terkadang masih saja waktunya kurang untuk memanjakan hewan sangkar tersebut. Bahkan jika tidak terpenuhi hasrat membeli dampaknya akan serumah yang merasakan. Aku dan suamiku, berdiskusi. Keputusan mana yang harus kami ambil untuk melanjutkan mimpi-mimpi kita jadi kenyataan. pasalnya bukan hanya mimpi aku dan suamiku saja, melainkan untuk membuat ayah dan ibuku...

Minor Terdengar Mayor

Nada masih saja tergaris dalam guratan awan kertas simpul itu. Menenangkan kalimat pada setubuh belulang hancur dengan keramaian. Tertawa yang meruang hingga tak ada kardus telur yang bisa aku kenakan untuk menghindari raungannya. Tidak, ini sama sekali tidak nyaman untuk di nikmati, apalagi untuk di filososikan. Lalu, apa menurut kalian ini memang bagus ? Tunjuk saja satu untuk mengartikannya, aku rasa hanya berkerumun omong kosong dalam otaknya yang membusuk itu. Munafik !

Nada yang ini sedikit lebih bebas dan sederhana. Halo kalian para pelaku bumi yang bodoh, dihanyutkan dalam tangga nada tanpa seni yang berbuahkan kertas-kertas bernilai tanpa nilai. Dihinggapi suatu kejadian yang mengurung imajinasi dalam keraguan yang terus meringis. Hebat memang, bukan saja para manusia berusia netral saja, bahkan usia usia mungil seperti lelucon bumi ini saja mendengarkannya. Peradaban apa ini ? peradaban generasi kurang ideologi yang universal !

Ku buka sebuah jendela dunia. Dirangkainya sebuah phrase yang menghubungkan sebuah kata dengan kata lain hingga muncul sekelompok manusia yang berjumlah 4 orang ini. Mesin ini pun memutarkan mendengarkan sebuah alunan klasik milik mereka dengan masih tanpa ke-modern-an saat itu. Kini aku menginjak masa dimana mereka masih tetap di hargai, tapi jangan salah. Manusia itu, terlebih para pasangan bangkai binatang itu hanya berpura-pura saja tanpa memaknai. Muak rasanya, ya sangat muak !!! tanda seruku harusnya ku tulis lebih panjang lagi. Mereka hanya ingin terlihat klasik tanpa pikiran yang klasik. 

Katanya, aku ini kekinian, aku ini zaman modern, aku ini orang kota. Bahkan orang yang tinggal di desa tanpa kencangnya gelombang pesan suara dan ketikan saja mendengarkan apa yang anda dengarkan Bung !. Pengakuanmu bukan hanya soal pemikiran busuk yang membau hingga menyeruak sebuah sistem otak yang seharusnya dibekali ideologi kehidupan yang lebih baik, justru kau hancurkan hanya dengan ke-egois-an para manusia-manusia serakah yang mengambil kertas materi itu. TIDAK BERGUNA !

Minorku menamani sebuah pagi yang damai kadang muram, siang yang gersang kadang teduh, sore yang sudah mulai mainstream kadang terhanyut dan terakhir adalah malam yang sunyi dengan kekelamannya. Mayor masih saja bersombong diri di berbagai mesin-mesin yang tetap aku beli meski aku tau itu adalah pembodohan. Oh bumi, katakan pada Asgard, manusiamu terlalu senang dengan berkelana diatas pembodohan, beri tahu mereka tentang kedamaianmu hingga mereka tak ingin terus berputar dalam kerat-kerat kemunafikan sesamanya.

-ad-
19 Juli 2014, Bandung

Comments

Popular Posts