Manusia dengan pikirannya menciptakan suatu hal yang
begitu menakjubkan, itulah kehebatan Tuhan karena memberi manusia pikiran. Bentuk
yang abstrak, tak bisa kita lihat dalam bentuk, tapi kita mengetahui keberadaan
pikiran itu ada di dunia ini. Setiap manusia berpikir, setiap manusia
berfilsafat, menghasilkan filosofi, menjalankan cara pandang, dan hidup dengan
jiwa. Begitulah menurut Aristoteles, “jiwa manusia tidak pernah mati meskipun
raganya mati”. Ilmiahnya, hasil pemikiran manusia yang tertuang dalam sebuah
seni, kenapa harus seni ? tidak ada satu orangpun tidak mencintai seni, setiap
orang mendambakan keindahan. Namun, keindahan itu berbeda-beda, tergantung
sudut pandang manusia melihatnya dari mana. Maka manusia memang benar berpikir
dan menemukan sesuatu yang menurut pikirannya adalah hal yang pantas untuk ada.
Seni adalah sebuah hasil emosional mental yang
terlihat memiliki estetika di dalamnya. Tidak semua orang memiliki bakat
membuat barang berseni, tapi semua orang memiliki seninya sendiri. Seni yang
tak berbentuk namun bernada sehingga kita sebut itulah musik. Seni yang
tertuang dengan nada-nada instrumental, di bawakan pesan melalui lirik,
merupakan hasil pemikiran manusia yang menurut filsuf yunani adalah pendidikan.
Seni musik membawa pengaruh yang begitu hebat dengan segala asumsi didalamnya.
Seorang yang mencintai musik akan terlihat memiliki jalan hidup yang unik. Seni
ini yang memberikan telinga kita untuk mendengar pesan-pesan entah itu tentang
aturan, tentang cinta, tentang kemarahan, tentang kebencian, dan banyak hal di
dunia ini yang kompleks untuk disederhanakan melalui tulisan.
Musik adalah suara yang terbentuk dari rangkaian
nada-nada instrumental yang memiliki birama dan menhasilkan irama sehingga
terdengar harmonis, sejenis fenomena tidak berwujud. Harmoninya dihantarkan
untuk menyiarkan pesan psikologi dalam jiwa manusia sehingga terkadang tanpa
lirik pun manusia memahami intuisi yang terdengar. Intuisi ini mendoktrin
manusia sampai kedalam apa yang dirasakannya setelah mendengarkan musik,
menuntun pikirannya untuk mengetahui mengapa musik ini ada. Pikirannya membawanya
untuk bertanya “apa yang sedang terjadi padanya hingga musik ini ada?” maka
proses ini membuktikan bahwa manusia berpikir untuk mencari tahu kebenaran,
manusia berpikir untuk menghasilkan sesuatu tidak lebih yang lain salah satunya
musik, manusia berpikir bagaimana meluapkan sesuatu untuk dapat dikeluarkan
dari belenggunya sendiri. Manusia juga memiliki tujuan ketika menciptakan musik.
Terakhir, manusia yang mendengarkan juga berfikir kenapa dia menyukai music tersebut.
Musik ini suatu hal yang hebat, musik membius
manusia untuk mencintainya, merasakan atmosfer perasaan yang dituangkan
penciptanya kepada music itu, sehingga dengan mendengarkan music terkadang
manusia akan terbawa suasana dari music itu sendiri. Musik merubah manusia
dengan segala melankolisnya. Memberi cara pandang dalam iramanya. Suatu
komunitas pencinta salah satu sub genre music akan berpenampilan selayaknya apa
yang dikaguminya dari music itu dan akan berbeda juga dengan sub genre yang
lainnya.
Musik tercipta dari hasil berpikir yang datang
dari inspirasi, inspirasi ini yang dihasilkan oleh alam semesta. Alam semesta
mendukung apa yang dilakukan manusia, alam semesta ini memberikan semua yang
dicari oleh manusia, alam semesta secara tidak disadari manusia memberikan
sinyal kekuatan pada otak manusia untuk memikirkan tentangnya. Alam semesta
adalah ruang tiga dimensi yang menghanyutkan manusia untuk ikut dalam
aturannya. Manusia tidak mengelak akan yang tumbuh di alam semesta ini.
Perasaan tertuang datar dalam alam semesta, jangkauannya yang begitu luas
hingga apa yang dituangkan dalam sebuah pikiran menghasilkan musik yang luas.
Musikalitas diukur dari beberapa sudut pandang
manusia dalam menyikapi alam semesta ini. Tujuan yang difilosofikan dalam music
tidak semata-mata hanya dari apa yang dia rasakan, dia dengarkan, dia lihat
saat inspirasi itu datang. Namun, sumber terkuat dari datangnya inspirasi alam
semesta ini adalah perjalanan hidupnya selama itu di alam ini. Kisah dari kemarahan
teman, kebencian pada kontra pandangan manusia lain, kekuasaan yang absolut
dalam menjalankan tujuan, egoisme dari sikap manusia lain untuk mendapatkan
kesenangan, penolakan perasaan dari lawan jenis, pembantaian jiwa untuk
menyuarakan pendapat, itu semua bagian dari pendidikan mental untuk membentuk
karakter berpikir dan alam semesta menyediakan ruangan untuk pribadi yang sudah
berkarakter untuk berpikir dan menghasilkan music. Musikalitas adalah kualitas,
pengetahuan, kepekaan manusia terhadap music. Tidak ada musik buruk atau baik,
sudut pandang dan karakter manusia yang mengarahkan music itu kemana.
Kesimpulannya, manusia berpikir dari apa yang
sudah dijalani selama masa hidupnya, membentuk karakteristik jiwanya, mencari
apa yang masih ditanyakan, hidup dalam keinginan menghasilkan sesuatu,
mencintai keindahan dan irama-irama suara. Irama-irama suara ini kita sebut music,
timbul karena suatu perasaan manusia, sehingga manusia berpikir untuk
menggerakan badannya menghasilkan suara dengan berbagai alat, menciptakan
birama untuk menyatukannya dalam suatu keharmonisan, keadaan bermusiknya datang
dari inspirasi jiwa, inspirasi dikirimkan dari alam semesta kepada pikiran
manusia untuk menghasilkan suatu kualitas musik yang terbaik dari proses hidupnya
dan karakteristik jiwanya.
“tulisan
ini hanya sifat egoisme dari hasil pemikiran manusia yang memandang music sebagai
cara hidup untuk mencapai tujuan dan mencapai kedamaian”
Plato
– “music berhasil mendidik manusia ketika music itu mempengaruhi sudut pandang
manusia untuk menjadi beretika”
-ad-
12 Desember 2015, Bandung
Comments
Post a Comment