Skip to main content

Featured

PERASAAN PERGI DARI RUMAH TANPA PAMIT

Hari ini hari Rabu. Aku ingat harus memberi uang kepada orang tua untuk membantu mereka mengangsur mobil. Motorku lunas dari pegadaian, setelah selama setahun di gadai oleh teman ibu yang tidak bertanggung jawab. Hal itu mengharuskan ibuku mengangsur motor tanpa memakai uang yang cair pada saat itu. Hari ini, digadaikan lagi oleh ibu untuk membayar cicilan mobil yang sudah berjalan selama 9x ini. Cukup berat untukku dan keadaan keluargaku saat ini, yaitu 11jt/bulan selama 4 tahun. Ayahku masih sibuk dengan murai, jalak, love bird dan kenari nya yang setiap hari berharap diberi air yang baru dan tambahan makanan yang enak. Terkadang masih saja waktunya kurang untuk memanjakan hewan sangkar tersebut. Bahkan jika tidak terpenuhi hasrat membeli dampaknya akan serumah yang merasakan. Aku dan suamiku, berdiskusi. Keputusan mana yang harus kami ambil untuk melanjutkan mimpi-mimpi kita jadi kenyataan. pasalnya bukan hanya mimpi aku dan suamiku saja, melainkan untuk membuat ayah dan ibuku...

MENGHINA WAKTU DAN AKU

kalau boleh aku bersenda gurau dengan waktu, aku ingin berbincang tentang canda keberadaan manusia. itu pun kalau boleh....!

kalau boleh aku bersandar pada waktu, aku ingin waktu tak menarik lagi keindahan tawa manusia. itu pun kalau memang boleh.....!

kalau boleh aku mengadu pada waktu, aku ingin mengadukan mereka yang sudah pura-pura membutuhkan. sekali lagi kalau memang boleh.....!

ku ujar sebuah kesenangan di depan sepasang mata manusia. tapi memang dasar mulut yang tidak bisa diatur. begitupun telingaku yang terbatas hanya soal jarak. lalu mereka mengenakan kesenangan mereka sendiri. jahat bukan ? memang hanya menurutku saja.

kalau aku bisa membuat sesuatu. aku ingin membuat karma seperti Tuhan. tapi apalah aku yang sama seperti mereka. hanya manusia !

kalau aku bisa menghapus sesuatu. aku ingin menghapus sebagian episode dari rangkaian detik yang menemukan aku bersama mereka. munafik bukan ?

sudah dicoba beberapa kali. aku tak lagi acuh hanya soal memikirkan bagaimana bila aku diposisinya. tapi justru saat aku di posisinya tidak ada satupun yang ada dengan berat hati malu bersama gurauan kecil.

aku seperti daun pada pohon. kalau datang angin, aku akan terbang dan jatuh menghinggapi ruang lain yang berbeda juga merekanya. selamat atas kesenangan kalian. 
aku ikut sedih mendengar dan melihatnya.

Bandung, 8 Agustus 2016
-AD-

Comments

Popular Posts