Angin kala itu berhembus sangat kencang. Menembus matanya yang sangat tajam. Aku tahu Bandung sedang bergurau hebat dengan malam. Sedihku berada dalam kebahagian meski aku tidak tahu ujung dari kesenangan.
Aku bertemu dengan dia yang setelah tiga hari menjadi malam yang indah untukku. Namanya "CINTA", dia bukan orang dari tanahku berpijak. Dia berasal dari sebrang sana disebelah barat. Tepatnya aku tidak tahu. Maafkan.
Musik kesukaannya adalah genre "Blues" itu sama sepertiku dulu, karena sayangnya saat ini aku sedang menyenangi musik beraliran pop yang galau. Sebelumnya aku bertahan di "Ambient Pop". Bagaimana bisa aku menjadi hal yang paling bodoh di hari ke-4.
Hari Pertama
Dia berhasil membuatku memberikan akun namaku. Tak lama setelah itu aku membawa diri untuk dihanyutkan dalam kebersamaan. Hanya berdua. Hanya aku. Hanya dia. Hampir semalaman aku bercengkerama melalui mesin pengantar kalimat. Kalian sebuat saat ini adalah "Line". Makna garis dalam jenis sosmed salah satu ini adalah yang paling menghancurkan banyak jiwa di Bandung pastinya. Tidak harus aku sesali.
Hari Kedua
Dia berhasil menghubungiku beberapa kali setelah aku merasa ternyata masih ada hal yang akan dibicarakan. Aku tidak menunggunya. Tapi dia datang dengan sendirinya. Rasaku lupa. Maaf. Tak banyak hal yang bisa aku ceritakan disini. Sama saja seperti hari sebelumnya. Terimakasih.
Hari Ketiga
Dia datang diseperempat ujung hari. Tak masalah karena masih dia mau muncul pada deretan nama yang aku tunggu. Ajakannya yang membuatku menahan diri untuk tidak terburu-buru. Ini salah, atau aku yang belum mengetahuinya ?
Hari Keempat
Aku meninggalkanya di malam yang biasa aku membuat obrolan indah nan ramai. Malam ini aku harus meninggalkan dengan sejuta rasa tanpa ragu karena esok. Iya besok. Aku akan bertemu dengannya.
Hari Kelima
Sudah kalian bisa tebak. Kali ini benar. Aku yang merasa kegirangan. Lama aku tidak pernah merasakan seperti ini. Hanya seperti ini. Hanya hari ini, maksudku malam ini. Aku mencintai malam ini. Meski Bandung sedang tidak bersahabat dengan kemacetan plat B di jantung jalan pariwisata. Banyak hal yang bisa aku rasakan aku menyukai pribadinya. Aku mencoba menjadi diriku sendiri tanpa aku harus berpikir bagaimana kalau dia tidak menyukaiku. Itu terjadi selama perjalanan petualangan tak sengaja.
Tapi rupanya. Ini yang menjadi kesalahanku. Aku membuatnya tidak nyaman denganku. Aku tidak menjadi pribadi yang dia mau. Aku yang menyerah. Aku sedih. Aku resah. Maafkan aku pada diriku sendiri. Aku sudah menyakiti dan menyiksa semua organ tubuhkan malam setelah dia menghilang dariku.
***
Tertinggal. Aku meninggalkan perasaan yang salah saat perjalanan tak disengaja itu. Ini jelas kesalahanku sendiri yang tidak aku sadari. Maafkan aku. Sejenak aku berpikir mungkin malam ini memang melelahkan dan membosankan. Maafkan aku.
Aku meninggalkan rasa yang harusnya tidak aku keluarkan untuk dia.
HARI KE-ENAM
Aku tahu, bukan aku wanita yang terlihat cantik secara fisik. Bukan aku juga yang menjadi hal untuk pantas untuk menangis. Aku salah sudah mengharapkan dan meninggalkan harapan itu disana. Mungkin terbawa angin dan terbang, sehingga dia tidak membawa rasaku dan aku justru kehilangan rasa itu. Maafkan aku.
Aku senang bisa merasa sedih seperti ini setelah sekian lamanya. Dia mengajarkan aku lagi untuk mendapat kebahagian. Aku tahu meski jika dia tidak datang lagi, dia akan seiring waktu aku lupakan. Tapi tidak untuk saat ini. Aku menyukainya dalam waktu lima hari.
Comments
Post a Comment